Liputan5news.com - Sidoarjo. Momen peringatan Hari Ibu membawa haru bagi ibu-ibu Tim Penggerak (TP) PKK RW 08 Desa Kebonagung. Pada Minggu (7/12/2025), mereka melakukan kunjungan sosial ke Griya Lansia Husnul Khotimah di Wajak, Malang. Suasana berubah emosional ketika para pengurus mendengar langsung cerita mengenai kondisi para lansia di tempat tersebut.
Puluhan anggota PKK RW 08 tampak tak kuasa menahan air mata saat penanggung jawab harian Griya Lansia, Nurhadi Rohmat, menceritakan keseharian para penghuni yang sebagian besar tidak memiliki keluarga maupun identitas kependudukan.
"Kami datang untuk berbagi empati. Kami ingin para mbah-mbah di sini merasakan bahagia karena masih ada yang mengunjungi dan peduli,” ujar perwakilan PKK RW 08.
Dalam kunjungan itu, Ketua TP PKK RW 08 Desa Kebonagung, Nur Alim (Bu Zaenal) menyampaikan kedatangan kami bersama rombongan membawa berbagai bantuan, mulai dari diapers dewasa, sembako, cairan pembersih toilet, pakaian layak pakai dan pakaian baru, sarung, hingga uang tunai Rp 3.350.000. Dana tersebut berasal dari warga yang dikoordinasikan oleh Ketua TP PKK di tingkat RT dan RW, termasuk dukungan dari Koperasi Wanita (Kopwan) Syariah serta pengajian Maratus Sholikha.
"Semoga apa yang kami berikan bisa bermanfaat untuk mbah-mbah di sini,” katanya.
Lanjut Nur Alim, PKK RW 08 memang rutin menggelar kegiatan sosial setiap tahun. Pada peringatan Hari Ibu tahun lalu, kami mengadakan lomba olahan tanaman toga di balai RW.
Usai kunjungan, rombongan melanjutkan agenda dengan menggelar pertemuan rutin PKK di kawasan Pantai Kondang Merak, Malang.
Sementara itu, dalam penjelasannya, Nurhadi Rohmat selaku penanggungjawab Griya Lansia Husnul Khotimah menyampaikan bahwa Griya Lansia Husnul Khotimah berdiri sejak 2021 dan kini merawat sekitar 200 lansia.
"Sebagian hanya sedikit yang masih bisa beraktivitas. Yang sudah ngebrok hampir 100 orang," ujarnya.
Lanjut Nurhadi setiap hari kebutuhan diapers mencapai hampir 300 buah. Minimnya bantuan menjadi tantangan besar bagi pengelola karena sebagian besar lansia tidak memiliki KTP dan KK, sehingga tidak bisa mengakses bantuan pemerintah.
"Griya Lansia ini menerapkan pola perawatan mirip pondok pesantren. Para penghuni dibangunkan sejak pukul 03.30 WIB untuk beribadah dan mempersiapkan diri menuju akhir hayat yang khusnul khotimah," jelasnya.
Ia juga menyampaikan istighosah, hingga kegiatan harian lainnya. Para lansia makan terakhir setelah Ashar dan tidak diberi makan malam agar mudah bangun dini hari untuk beribadah.
“Kalau diberi makan malam, subuhnya susah bangun,” kata Nurhadi.
Menurutnya, Griya Lansia sudah memiliki pemakaman sendiri yang disiapkan untuk para penghuni. Total, sekitar 380 lansia yang pernah dirawat telah dimakamkan di tempat tersebut.(Yanti)




