Update Terbaru

6/recent/ticker-posts

Macet Panjang Hampir 10 Kilometer di Jalur Nasional Pasuruan–Probolinggo Akibat Perbaikan Rel dan Hujan Deras

Probolinggo – Liputan5Nwes.com

Kemacetan panjang hingga hampir 10 kilometer terjadi di Jalan Nasional Pasuruan–Probolinggo, Minggu (4/12/2025). Kemacetan ini terjadi di kedua arah, baik dari Pasuruan menuju Probolinggo maupun sebaliknya. Titik terparah berada di perlintasan rel kereta api Curahtulis, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo.

Gangguan lalu lintas tersebut dipicu oleh pekerjaan perbaikan rel kereta api yang sudah berlangsung selama lima hari namun belum rampung. Situasi semakin memburuk karena sejak pukul 13.00 hingga 17.00 WIB, kawasan tersebut diguyur hujan deras tanpa henti sehingga kondisi jalan menjadi sangat licin.

Banyak pengendara mengeluhkan lamanya antrean dan lambannya progres pengerjaan. “Macet hampir tidak bergerak, kami terjebak berjam-jam,” keluh beberapa sopir yang melintas.

Keluhan juga datang dari warga sekitar yang kesulitan menyeberang jalan karena padatnya antrean kendaraan di jalur nasional tersebut.

Kondisi Rel Berbahaya dan Makan Korban Jatuh

Dari pantauan tim Liputan5Nwes.com selama dua jam di lokasi, kondisi perlintasan rel sedang dikeruk sedalam sekitar 10 cm, namun belum diaspal. Bagian tersebut hanya ditumpuk batu kereta berukuran 6–10 cm sehingga sangat licin saat terkena hujan.

Akibatnya, setidaknya lima pengendara motor terjatuh saat melintasi area tersebut.

Upaya Polisi dan Minimnya Petugas KAI

Di tengah hujan deras, personel Satlantas Polres Probolinggo terlihat turun langsung mengurai kemacetan, meski hasilnya tidak signifikan karena kondisi jalan licin dan sempit di titik pengerjaan.

Saat tim wartawan hendak melakukan konfirmasi terkait lambannya pengerjaan, tidak terlihat petugas dari pihak KAI di lokasi. Hanya petugas penjaga perlintasan Curahtulis yang berada di area tersebut.

Pertanyaan Publik soal Lambannya Pengerjaan

Masyarakat mempertanyakan mengapa perbaikan di jalur nasional yang sangat padat tersebut berlangsung sangat lambat. Mengingat jalur Surabaya–Banyuwangi merupakan urat nadi mobilitas warga dan kendaraan logistik, warga menilai seharusnya pengerjaan dilakukan lebih cepat dan terkoordinasi untuk meminimalisasi dampak kemacetan.(hs)