Liputan5news.com - Sidoarjo. Sungai Kanal Porong rutin dibersihkan. Seperti yang dilakukan Dinas PU Bina Marga dan SDA Sidoarjo hari ini, Selasa, (29/7). Satu alat berat dan dua truk pengangkut sampah diterjunkan. Genangan sampah yang memenuhi membersihkan sungai yang berada di crossing jalan nasional jalan raya Porong itu diangkut. Mulai dari tumbuhan liar sampai sampah rumah tangga diangkut sedikit demi sedikit dengan truk. Satgas Sungai juga diterjunkan untuk mempercepat pembersihannya. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan/DLHK Sidoarjo juga terjun untuk membantu kegiatan normalisasi sungai tersebut.
Kepala Dinas PU Bina Marga dan SDA Sidoarjo Dwi Eko Saptono mengatakan normalisasi Sungai Kanal Porong rutin dilakukan seminggu sekali. Tumpukan sampah yang tersangkut jembatan diangkatnya. Dikatakannya saat ini debit air Sungai Kanal Porong menurun. Hal tersebut semakin memperjelas penumpukan sampah disungai tersebut.
“Debit Kanal Porong saat ini menurun karena ada gilir atas dan gilir bawah untuk pemberian air sehingga debit saluran yang berada di Kanal Porong ini menurun dan sampahnya menumpuk,”ucap Dwi disela-sela memantau pembersihan Sungai Kanal Porong.
Dwi mengatakan upaya untuk mencegah timbunan sampah disungai terus dilakukan. Solusi untuk mengatasi penyebaran sampah disungai telah dikoordinasikan bersama DLHK Sidoarjo. Salah satu solusinya dengan memasang jaring sungai disetiap perbatasan desa. Dengan begitu penumpukan sampah sungai tidak terjadi di satu titik seperti yang terjadi di crossing jalan raya Porong.
“Kami telah berkoordinasi dengan DLHK, nantinya DLHK akan memasang jaring sungai disetiap perbatasan desa yang akan dibantu oleh pemerintah desa maupun Dinas PU BM, ini akan mempersempit tumpukan sampah yang berada di crossing jalan raya ini,”ujarnya.
Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) yang turut memantau di lokasi pembersihan sungai, Dr. M. Bahrul Amig, S.Sos., M.M., menyampaikan bahwa yang kita lihat dinamika sekarang ini banyak orang membuang sampah di sungai, orang masih belum memiliki kesadaran terkait membuang sampah di sungai. Karena ini merupakan problem aglomerasi, itu saling menimpakan bahwa kejadian itu disebabkan oleh yang paling hulu. Oleh karena itu nanti kami akan berkolaborasi dengan Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga dan Sumber Daya Air (PUBMSDA) dengan dukungan semua stakeholder kewilayahan kami akan mengadakan gerakan 1000 jaring yang ada di sungai. Nanti mulai batas antar kecamatan, desa, RW dan RT semuanya nanti akan kita libatkan. Sehingga nanti ketika terjadi penumpukan sampah di sungai tidak saling menyalahkan antara wilayah yang satu dengan yang lainnya.
"Saya kira itu lebih adil untuk memberikan tanggungjawab bersama. Nanti pemerintah daerah akan memback up, ketika sampah disungai sudah diambil kami dari DLHK siap melakukan eksekusi jika masyarakat kesulitan untuk menyelesaikan sampah yang sudah diangkat dari sungai," jelasnya.
Lanjut Amig untuk warga yang membuang sampah di sungai akan kita lakukan analisa dan kita evaluasi, pembuang sampah ini dari warga sekitar sungai atau masyarakat dari wilayah lain yang lewat di tepi sungai dan membuang sampah di sungai. Jadi sampah di sini sumbernya dari warga di sekitaran sungai dan dari masyarakat pengguna jalan yang disampingnya ada sungai yang pengawasannya lemah sehingga mereka membuang sampah ke sungai seenaknya tanpa terkontrol.
"Hal ini perlu ada intervensi dari semua pihak di kawasan yang sangat rawan dan rentan perlu dipasang CCTV untuk memantau warga yang membuang ke sungai," tambahnya.
Amig juga menyampaikan pemerintah daerah sangat berat jika harus menyelesaikan sendiri terkait warga yang membuang sampah di sungai. Nanti kita ingin menjadikan kebanggaan dan darma bakti warga sebagai tobat ekologi bahwa sungai itu bukan tempat sampah tetapi itu adalah berkah yang harus kita rawat.
Amig memberikan contoh wilayah yang sudah memasang jaring sungai. "Di wilayah kecamatan Tulangan sudah memulai memasang jaring sungai, pak Camat Tulangan sudah mengajak beberapa desa di wilayahnya untuk memasang jaring sungai. Kebetulan kemarin kami dari DLHK dilibatkan dalam pemasangan jaring sungai sambil nanti kita analisa dan kita evaluasi. Sehingga itu nanti menjadi bagian yang signifikan supaya nanti wilayah yang paling hilir tidak lagi menjadi korban akibat kecerobohan perilaku warga yang paling hulu," terangnya.
"Nanti kami akan menyampaikan kepada pimpinan agar nantinya ada dukungan penganggaran untuk membuat jaring sungai. Tetapi kami juga akan membuat role model yang tidak harus menunggu dari anggaran tetapi dari swadaya yang nanti akan kita buat desainnya yang secara material bisa terjangkau untuk diwujudkan," ungkapnya.
"Jika mereka warga di sekitar sungai membuang sampah di sungai itu sama dengan mengotori rumahnya sendiri dan ini menjadi tanggungjawab komunal. Sekarang personal - personal ini tidak boleh egois karena mereka terikat dengan hukum sosial, jika ada yang membuang sampah ngawur di sungai maka tetangganya harus mengingatkan. Tetapi di sini yang penting solusinya, layanan persampahan yang dihasilkan oleh rumah tangga, itu kepala desa atau kelurahan harus mengupayakan adanya pelayanan. Kami dari DLHK akan respon jika mereka mengupayakan pelayanan dengan sungguh - sungguh," pungkasnya.
Warga di wilayah Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo mengeluhkan persoalan tumpukan sampah di sungai Kanal Porong yang tak kunjung terselesaikan. Sebab dampaknya dari sampah ini, mengeluarkan bau tak sedap hingga air meluap jika di musim penghujan karena aliran air tidak lancar.
Keluhan persoalan sampah sampah sungai itu diungkapkan warga Kelurahan Porong saat Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air melakukan normalisasi sampah di sungai Kanal Porong.
Warga Porong menilai keberadaan tumpukan sampah di sungai Kanal Porong ini dinilai cukup berdampak dan tak kunjung terselesaikan, sebab setiap satu hingga dua Minggu keberadaan sampah - sampah ini semakin menumpuk, padahal petugas sudah melakukan normalisasi rutin.
Berbagai asumsi warga juga muncul bahwa sampah - sampah ini merupakan kiriman dari desa tetangga dan kurangnya kesadaran membuang sampah tidak pada tempatnya. Dampak dari sampah di sungai Kanal Porong ini banyak dirasakan oleh warga mulai dari mengeluarkan bau tak sedap, banjir, hingga mengancam perekonomian para pedagang yang berdekatan dengan sungai.
"Sampah - sampah di sungai ini semakin menumpuk dan aliran air sungai tidak bisa lancar," ungkap Marsuadi selaku warga di sekitar sungai Kanal Porong.
Sementara warga lainnya yakni Muamal juga menyampaikan bahwa sampah - sampah ini berasal dari desa tetangga dan jika sudah menumpuk sampah ini akan menutupi sungai hingga 50 meter panjangnya. Air sungai juga sering meluber di musim penghujan. (Yanti)